Kata “kebetulan” Tidak Lagi Relevan

Kata “kebetulan” sudah tidak lagi relevan. Saya pribadi sudah jarang menggunakan kata tersebut. Bahkan sepertinya Pusat Bahasa Kemendikbud harus menghilangkannya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pasalnya bagi orang yang beragama dan mempercayai takdir, semua hal yang terjadi dalam hidup kita sesungguhnya sudah direncanakan dan ditetapkan oleh Sang Pembuat skenario. Sekalipun kita telah berusaha mati-matian untuk mendapatkan sesuatu namun jika itu bukan takdir kita, kita tidak akan pernah mendapatkannya. Rencana kita yang gagal adalah bukti bahwa takdir itu ada dan nyata.

Lalu kenapa kita memiliki kata “kebetulan” dalam kosa kata bahasa kita? Menurut saya hal tersebut karena banyak hal yang kita dapati dalam kehidupan kita ini terjadi diluar ekspektasi dan dugaan kita. Yang rasanya tidak mungkin terjadi ternyata terjadi, begitupun sebaliknya. Padahal jika kembali lagi kepada hakikatnya itu semua tentu sudah direncanakan. Kata “kebetulan” tersebut muncul berakar dari lemahnya nalar manusia, makhluk yang sejatinya lemah ini.

Kenapa manusia adalah makhluk yang lemah? Jelas, karena walaupun ia bisa merencanakan sesuatu tetapi ia tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada rencananya kelak. Bahkan ia pun tak tau apakah ia masih hidup atau tidak esok hari. Hal di luar kendali kita lebih banyak daripada hal yang dalam kendali kita.

Implikasinya Islam memperkenalkan ucapan “Insyaallah” yang mengandung arti “Jika Allah menghendaki”. Kalimat ini digunakan saat kita berkehendak atau merencanakan sesuatu. Kalimat ini juga sesungguhnya menunjukkan bahwa kita mengakui kelemahan diri kita sebagai manusia.

Hanya usaha dan doa senjata kita untuk melawan ketidakpastian takdir.


Stasiun Cirebon Prujakan, 23:30 WIB.

Kata “kebetulan” Tidak Lagi Relevan

Leave a comment